Senin, 15 Maret 2010

HARU_BIRU SYIFA

“Assalamualaikum,Syifa” Segerombolan anak cowok menyapa Syifa”.
“Waalaikumsalam” tersenyum ia pada segerombolan anak tanpa menatapnya sambil ditundukkannya kepala ketika berjalan.
Itulah Syifa yang kini menjadi seorang akhwat, sudah dua tahun ia mengenakan jilbabnya. Syifa dikenal ramahnya kepada orang lain, karena ibunya mengajarkannya untuk bersopan santun kepada orang lain dan tersenyum kepada orang yang ditemuinya. Dulu ia adalah seeorang gadis yang bawel, keras kepala, supel dan lain-lainnya tapi itu semua mulai ia kurangi kebiasaan buruknya itu secara perlahan-lahan. Teman-temannya bersyukur Syifa dapat berubah. Tidak ada paksaan baginya untuk berjilbab, itu merupakan keinginannya dari dulu. Tak terlepas dari pergaulannya yang sekarang ini, ia aktif di bidang keagamaan yaitu Rohis ( Rohani Islam ) di SMAnya.

****

Syifa merupakan aktivis Rohis di SMA-nya ia yang supel serta welcome dengan orang sehingga ia disenangi oleh teman-temannya. Setiap berorganisasi pastilah rapat jika akan melakukan suatu kegiatan, sama halnya dengan Rohis. Biasanya mereka menyebutnya kata rapat dengan syuro. Setiap hari Kamis biasa mereka dipakai untuk rapat. Kali ini membahas tentang kegiatan yang boleh dikatakan acara yang akbar yakni SWIMA. Acara ini akan diadakan tiga bulan mendatang.
Disana telihat jelas hijab yang memisahkan antara akhwat dengan ikhwan hanya sebuah papan yang menjadi hijabnya. Disinilah perbedaan antara rapat yang syar’i dengan yang tidak hanya saja ada pembatas bagi laki-laki dengan perempuan. Tidak ada tempat baginya untuk syuro selain Masjid di SMAnya yang menjadi tempat syuro. Syuro dimulai, pemimpin syuro kali ini adalah Fadil. Dia yang memimipin jalannya syuro. Agenda syuronya banyak dari mulai membentuk konsep acara, kepanitiaan, anggaran biaya, pemasukan dana dan masih banyak yang menjadi topik pembahasan. Tibalah pada masalah tentang kepanitiaan. Yang dimana meraka yang hadir pada syoro tersebut haruslah siap dimasukkan dalam kestruktruran panitiaan kegiatan tersebut. Mulailah pemimpin syuro membukanya dengan pembacaan tilawah til Quran yang dibawakan oleh Akh. Irdi dan saritilawah oleh Ukhti Eka. Masuk kedalam topik masalah.
”Sekarang antum diskusikan tema apa yang tepat untuk acara SWIMA nanti!” tanya Fadil kepada peserta syuro yang hadir.
”Dari akhwatnya apa temanya?
Klo dari ane n temen-temen Jalin ukhuwah islamiyah”jawab Rahma
Dan dari ikhwannya apa juga nyh?
Klo dari ikhwahnya ane menambahkan kata-kata dari akhwatnya Jalin Ukhuwah demi mendapatkan ridha illahi dan galilah ilmu bermanfaat tuk cita-cita tertinggi” jawab fathan tegas.
”Oke gimana pendapat antum semuanya, sepakat tidak?”
”Wah gimana ukh ente sepakat ta, kalo ane mah bagus juga kok.”
”Yap menurut ane juga bagus, kenapa tidak.!”
”Karena dari akhwatnya sepakat dan dari ikhwannya juga,,,!! Ane ketok nyh,,,, bismillahirrohmannirrohim..”
”Takbir” teriak salah seorang ikhwan.
Allahu Akbar” seluruh bergema.

Setelah berdiskusi tentang tema dilanjutkan dengan pembentukan panitia.
”Syifa ente jadi sie apa nanti?” tanya Rahma seorang ketua keputrian SMA disekolah Sifa, ia sendiri yang menjadi wakilnya.
”Kalo ane mah pengen jadi sie danus aja, emangnya ente sendiri mau jadi sie apa?’ jawabku balik bertanya.
”Ane terserah nanti dipilih dimana!”katanya.
“Oh...................”
Suasana ramai dan begitu semangat karena ada yang dipilih dalam kandidat kepanitiaan SWIMA tersebut. Acara yang itu akan diadakan tiga bulan lagi. Waktu yang cukup lama untuk menyiapkan persiapan dengan sebaik-baiknya. Tepilih Fathan sebagai ketua pelaksananya dan wakilnya adalah Abil. Dan Syifa sendiri menjadi sie Danus yang Pjnya adalah Zulmi. Syuro tealah selesai. Syifa dan kawan-kawan pulang.
”Alhamdulillah ya Syifa, tadi tuh Syuronya seru banget” katanya Rahma memberikan komentar.
”Iya....Rahma ane juga seneng banget, coba aja setiap syuro ghirohnya mereka seperti tadi wah bakal tumbuh organisasi yaang bagus yang didalamnya orang-orang yang juga.”jawabnya dengan penuh semangat.
”Kita doakan saja.”
”Mungkin mereka dah sadar akan amanah yang mereka emban, faktor utama sich mereka tidak ikut syuro karena mereka khawatir kalau mereka pulang sore. Ente mo langsung pulang ya....., ya udah bereng yuk.”kataku mengajak.
”Yuk”
Sampai dipintu gerbang sekolah mereka berpisah
”Assalamualaikum”
”Walaikumsalam, hati-hati ya Rahma.”sambil besalam-salaman.
”Iya sama-sama, Syukron.”
”Afwan”

****

Dilemparnya tas sekolah itu ke kasur, menandakan ia sedang kesal dengan orang. Tak biasanya Syifa seperti itu. Direbahkan badannya ke kasur. Kasur yang empuk dirasakan keras. Syifa gadis manis dengan jilbabnya yang lebar tengah temenung didalam kamarnya. Ada suatu masalah, menurutnya itu seperti beban yang sangat berat dipunggungnya yang sedang dipikul olehnya. Syifa kembali merenungkan apa yang terjadi dan mengingatnya. Tak terasa air matanya turun membasahi pipinya yang halus itu. Karena kelelahan akhirnya ia ketiduran.

****

Sebulan setelah rapat SWIMA yang sebelumnya, kini diadakan syuro perkembangannya. Tapi kali ini Syifa tidak begitu semangat mengikutinya, hatinya tidak terpaut pada syuro itu. Syro membuatnya BT. Suasana yang biasanya seru dan asyik, Syifa hanya diam tidak memberuikan komentarnya.
”Syifa, tumben ente gak bersuara nyh!” tanya Eki, dia gadis paling muda umurnya dibanding yang lainnya. Sifatnya yang lugu, aneh kadang membuatnya oarng pusing kapalang. Anaknya super aneh. Walapun ia tidak pakai jilbab tapi ia seperti orang yang pakai jilbab.
”Gak, lagi males aje bersuara ntar ada yang terkesima deh, he.he..he..” tertawa kecil Syifa sambil menghibur dirinya walau terpaksa.
”Bener nih ente gak mo cerita ke Eki!”
”Ntar aja deh, ki ane Cuma lagi gak mood aja sekarang, syukron ya..dah perhatiaan ama ane.”jawabku sumbar.
”Gak apa-apa kok, Fa. Ane ngerti kok ente lagi punya masalah.”kata Eki memberi semangat ke Syifa.
Pikiran Syifa menjadi danus itu menjadi. Tapi tidak semua tugas itu lancar-lancar saja, pikirnya dalam hati.
Beban dan amanah kini mulai dirasakannya. Ia harus mencari dana kurang lebih 15 juta untuk memenuhi acara tersebut. Ia merasa sebulan ini belum menampakkan hasil yang cukup. Karena Pj danus kurang bekerja sama dengannya. Sebenarnnya temannya kasihan melihatSyifa bekerja sendirian. Tanpa sepengetahuan Syifa, anak ikhwan mencari dana.

****

Sebagai seorang danus Syifa haruslah kreatif. Ia tidak lagi memikirkan Pj yang tidak mau bekerja dengannya. Syifa yakin ini cobaan yang Allah berikan kepadanya.
Ada satu ikhwan yang membuatnya merasa enak untuk diajak untuk bekerja sama. Tapi Syifa berprinsip ada atau tidak Pj ia harus terus jalan karena itu merupakan amanah yang diberikannya. Sampai suatu hari Syifa pergi berdu dengannya mencari dana. Jarak yang mereka tempuh cukup jauh. Pulang sekolah Syifa ambil untuk mencari ke perusahaan. Syifa meminta ke beberapa anak ikhwan memgantarkannya. Tidak ada anak ikhwan yang mau memgantarkannya, hanya ada satu yang mau dia adalah ketua pelaksananya sendiri.
Di pejalanan Syifa dan dia hanya dia. Syifa yang biasanya kali ini tidak cerewet, karena ia sungkan untuk bertanya kepadanya. Apalagi ia ikhwan yang membuatnya bersemangat dalam menjalankan tugasnya.
Syifa mulai membuka pembicaraan.
“Fat, kira-kira nanti pulang jam berapa? Trus jam segini(sambil melihat jam tangannya) busway itu penuh gak ya?tanya Syifa ketika didalam busway yang penuh dengan penumpang.
“Gak tahu ntar liat aja” jawabnya
”Oh.. gitu ya..afwan.”kesel Syifa, tak berani ia melanjutkannya ia kembali diam.
Dilihatnya monas yang dilalui jalaur busway. Ia yang semula Bt dangan sikap Fathan yang cuek. Mencoba menikmati pemandangan disekilingnnya. Tidak ada percakapan yang berarti selama perjalanan. Sesampainya Ia dan Fathan turun di halte Gelora Bung karno. Ia tidak tahu perusahaan yang sedang dicarinya. Fathan tahu akan dimana perusahaan iu. Tapi karena jalan menuju sana cukup jauh. Syifa mlai bingung.
”Eh, Fathan sebenarnya ente tau gak sich tempatnya dimana. Kok kayaknya jauh banget kita tuh udah kayak orang lagi manasik haji yang lagi tawaf.” tanyaku kesal dengan Fathan yang diam saja.
”Tau sich cuma waktu itu ane gak turun dihalte itu.”
”Ya udah deh ane mo tanya ama orang itu, siapa tau aja dia tau tempatnya dimana!”dalam hati sebenarya ia capek banget.
”Pak, maaf, Bapak tau gedung mempora gak?” tanyaku ke bapak itu yang sedang membersihkan mobil sedan hitamnya itu.
”Oh, iya deh gedung mempora, ade nanti belok kiri trus aja deh!”dibalik badannya ketika ada seseorang ada yang bertanya dan sambil menunjukan tangan yang dimaksunya.
Syifa kaget, ia tidak menyangka orang yang ditanyanya itu adala seorang artis. Kulihat fathan tertawa kecil kapadaku. Melihat Syifa yang salah tingkah itu.
”Terima kasih ya, Pak!” jawabku ke artis itu.
Dilanjutkan lagi perjalanannya. Dalam hati Syifa sebenarnya malu dan bergejolak jika jalan dengan Fathan. Baginya ia dapat membimbingnya. Syifa tidak ingin jika jalan berdua. Waktu itu Syifa pernah jalan dengannya ketika kegiatan Idul Adha. Disana ia dan dia berboncengan sepeda motor untuk mengambil suatu barang dirumah kakak kelasnya.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya gedung Mempor yang kami tuju sudah tutup dari jam 4 sore. Syifa dan Fathan sampai jam setengah 5 sore. Keselnya Syifa saat itu, tapi ia harus berlapang hati, malu jika tahu akan perasaannya kepada Fathan. Syifa harus tegar.

****
Telihat Syifa sedang sibuk menyiapakan peralatan yang akan dibawanya besok. Karena panitia harus datang lebih awal dari peserta lainnya. Semua masalah yang ada pada dirinya akan terbang.
Malamnya Syifa pergi kerumah Eki yang dekat dengan sekolahannya, ia akan mengambil uang donatur. Ada konflik yang terjadi saat itu antara Fathan dengan dirinya.
”Fathan, anterin ane yuk kerumah Pak Doni !”

Fathan hanya diam, dia duduk dipintu gerbang sekolah. Wajahnya menampakkan bahwa ia sedang bete karena ia ditinggal temannya.
”ih, Fat ente kok diam aja, ntar kemasukkan seta loh!” kataku menghibur.
Masih terdiam, membuat Syifa kesal dengannya. Tak beberapa lama datang Abil, Umar dan Okta. Mereka segera melerainya.
”Ente tuh nyebelin banget ya..!” jawabku kesal. Sambil belalu meninggalkan Fathan.

****

Pagi-pagi sekali ia sudah bangun. Ada semangat yang mengebu-ngebu. Tiga bulan waktu yang cukup singkat. Tak terasa banyak masalah yang ia dan teman-temannya baik ikwan maupun akhwatnya hadapi tapi Allah Maha tahu bagaimana perjuangan hambanya jika ia berjuang di jalan Allah. Teringat sebuah lirik lagu berjudul ’Bingkai Kehidupan’ Allahu goyatuna, arrasul udwatuna, al quran dustruluna, al jihadusabiliuna allah gofisabilillah asma amadian, Allah adalah tujuan kami, rasulullah teladan kami, al quran pedoman hidup kami, jihad adalah jalan juang kami, mati dijalan allah adalah cita-cita kami tetinggi.
Kesibukkan panitia terlihat. Banyak panitia yang datang. Mereka yang biasanya tidak ikut syuro kini banyak yang terlihat. Sifa berangkat jam setengah tujuh pagi. Tenyata teman-temannya sudah pada datang. Mereka sibuk membungkus snack buat peserta. Panitia sangat antusia sekali, Syifa juga telihat begitu antusia tugas menjadi danus telah selesai. Uang yang dikumpulnya ternyata lebih dari perkiraan.

****
Setelah seminggu berlalu setelah acara tersebut selesai diadakan syuro pertanggungjawaban kegiatan. Hp Syifa berbunyi ada sms yang masuk, ”Assalammualaikum. Akh-Ukh. Janganlah pernah berhenti berdakwah dan janganlah pernah berfikir bahwa perjuangan kita ini sangat melelahkan. Yang kita pikirka adalah bagaimana mendapat Ridho-Nya. Ya Allah janganlah engku matikan kami dalam kemaksiatan kepada mu dan matikanlah kami dalam keadaan berjuang dijalan-Mu. Amin”.Tak terasa air matanya turun membasahi pipinya kali ini bukan karena masalah tapi ia terharu. Ia terharu sms itu amat berarti baginya. Sms itu merupakan sms semangat bagi Syifa. Banyak sekali kegiatan yang Syifa lakukan sebagai seorang aktifis dakwah bersama teman-temannya. Teman-temannya kagum dengannya.
Syuro laporan kegiatan SWIMA berlangsung. Sampai diakhiri dengan pembacaan doa Rabitoh diman doa itu adalah pengikat hati orang-orang yang meneguhkan agama Allah. Syifa pun larut dalam doanya. Tak sanggup ia menahan air matanya. Ia kembali mengingat kembali perjuangan ia dan teman-temannya, semakin deras air matanya tumpah. Banyak kekhilafan yang ia lakukan pada Allah, orang tua, teman-teman seperjangan dan orang disekelilingnya. Tak juga yang hadir pada syuro larut dalam munajatnya. Syifa yakin ini bukan akhir dari perjuangannya, tapi awal dari jalan dakwahnya kepada Allah. Selesai pembacaan do Rabitoh dilanjutkan dengan salam-salaman.
”Maafin ane ya....ukhti kalo ane ada salah” sambil menangis Syifa dipundak temannya.
”Sama-sama ya....ukhti”





Beban yang kini ia tanggungnya sudah sirna. Karna ia yakin pertolongan Allah, Allah akan membantunya. Sms kembali masuk....”Janganlah takut menghadapi masalah tapi takutlah tidak mendapat pertolongan dari Allah ”.
Tersenyum Syifa dengan lapang. Ia bersyukur mempunyai teman yang satu visi dan misi. Hidupnya kini hanya satu, ia ingin mencapai Ridho-Nya.

1 komentar: